Ketika saya menerima beasiswa untuk kuliah di universitas impian saya, seharusnya itu menjadi momen yang paling membahagiakan dalam hidup. Namun, di balik senyuman yang terpancar dan ucapan selamat dari teman-teman, ada sebuah perjuangan yang tidak terlihat oleh mata. Kesehatan mental saya sedang berada di titik terendah.
Itu adalah awal tahun 2020. Setelah berbulan-bulan melewati proses pendaftaran dan wawancara, akhirnya saya dinyatakan lolos beasiswa penuh. Saat itu, rasa bangga menyelimuti diri saya. Semua orang menganggap saya sebagai sosok yang berhasil; foto-foto kebahagiaan bertebaran di media sosial dengan senyuman lebar dari sudut mulut hingga mata.
Tapi dibalik semua itu, pikiranku tidak tenang. Rasa cemas yang terus-menerus menghantui dan pikiran negatif sering kali mencuri fokus dari kesenangan seharusnya saat bersiap-siap untuk perjalanan ini. Momen bahagia bagi orang lain justru menjadi sumber tekanan tersendiri untukku.
Setibanya di kampus, semua terasa berbeda daripada apa yang ku bayangkan selama ini. Lingkungan baru dengan ekspektasi tinggi menambah tingkat kecemasan yang sudah ada sebelumnya. Saya ingat saat pertama kali memasuki ruang kelas; semuanya terasa membebani—tekanan untuk berprestasi, berteman, serta menemukan jati diri dalam lingkungan sosial yang kompetitif.
Satu malam saat sedang belajar untuk ujian pertama saya, semua mulai terasa terlalu berat. Ketika jam menunjukkan tengah malam dan teman-teman satu kamar sudah tertidur lelap, pikiranku melayang jauh ke ruang gelap pemikiran negatif. “Apa aku cukup baik? Kenapa aku merasa tidak nyaman ketika orang lain tampak baik-baik saja?” Ini bukan hanya kegelisahan biasa; rasanya seperti terperangkap dalam labirin tanpa jalan keluar.
Dalam ketidakberdayaan itu, saya mengambil langkah penting: berbicara dengan seorang konselor kampus. Awalnya ragu—bagaimana jika dia tidak memahami perasaanku? Namun setelah sesi pertama kami selesai, ada kelegaan tak terduga muncul dalam diri saya.
Konselor tersebut membantu menjelaskan bahwa apa yang dialami adalah sesuatu normal pada mahasiswa baru. Dia memberikan berbagai teknik mengelola stres seperti meditasi dan jurnal harian untuk mengekspresikan perasaan terdalamku tanpa rasa takut akan penilaian orang lain.
Saya mulai menerapkan teknik-teknik tersebut secara perlahan; kadang berhasil tetapi banyak juga saatnya ketika kembali merasa terpuruk lagi. Di satu titik bahkan membuatkan waktu khusus setiap minggu hanya untuk menulis tentang perjuangan mentalku—apa pun bentuknya.
Beberapa bulan setelah mengikuti sesi konseling dan menjalani rutinitas baru ini, segalanya mulai terlihat lebih cerah meskipun tidak sepenuhnya sempurna. Saya belajar bahwa kesehatan mental bukanlah tujuan akhir tetapi proses terus-menerus—serupa dengan perolehan ilmu pengetahuan melalui pendidikan formal maupun informal.
Penting bagi kita untuk memberi perhatian pada kesehatan mental sama besarnya dengan prestasi akademis kita sendiri—sekalipun banyak orang masih mengabaikannya atau menganggap enteng masalah ini pada umumnya. mylabsdiagnostic adalah salah satu sumber daya luar biasa untuk mendapatkan informasi lebih lanjut mengenai kesehatan mental dengan pendekatan berbasis data meskipun kondisi kita sering kali bervariasi dari satu individu ke individu lainnya.
Akhirnya, setelah melewati masa-masa sulit tersebut selama kuliah sekaligus meraih beasiswa ini membuatku sadar betapa berharganya pengalaman hidup ini baik suka maupun duka telah memberiku pelajaran tak ternilai tentang resiliensi pribadi serta pentingnya membuka diri kepada sesama agar kita bisa saling mendukung meski dalam keadaan terburuk sekalipun.
Terkadang senyuman memang bisa menutupi banyak hal—namun penting bagi kita tahu kapan harus berbagi cerita sejati agar tak perlu lagi bersembunyi di balik senyuman semu belaka.
Dalam dunia medis, hasil diagnosis laboratorium yang akurat adalah kunci buat nentuin langkah pengobatan yang…
Di My Labs Diagnostic, kami berpegang teguh pada prinsip bahwa "mencegah lebih baik daripada mengobati",…
Hari-Hari Sulit yang Tak Terduga Di awal tahun 2020, dunia seakan terbelah. Pandemi mengubah banyak…
Bro, mari kita bicara layaknya dokter spesialis yang sedang membedah pasien. Kalau history transaksi lu…
Ketika Pikiran Terlalu Berat: Perjalanan Mencari Kesehatan Mentalku Beasiswa sering kali dianggap sebagai jalur untuk…
Awal Perjalanan Meditasi: Mencari Ketenangan di Tengah Kesibukan Pada suatu pagi yang cerah di bulan…